Sabtu, 21 Mei 2016

kerajaan Mataram Islam

KERAJAAN MATARAM ISLAM

Sejarah Kerajaan Mataram Islam - Kesultanan Mataram ( Kerajaan mataram yang bercorak islam ) tidak ada hubungannya sama sekali dengan kerajaan mataram hindu. Kebetulan nama yang digunakan sama. Pemindahan pusat pemerintahan dari pajang ke mataram pada tahun 1586 M di lakukan oleh Sutowijaya menandai berdirinya kesultanan mataram. Pusat pemerintahannya berada di kota gede yogyakarta. Kesultanan Mataram merupakan kerajaan Islam yang berada di Pulau Jawa yang berdiri pada tahun 1586 M sampai tahun 1755 M. Kerajaan ini di pimpin oleh keturunan-keturunan dari Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan, yang dipercaya masih mempunyai keturunan dari penguasa Kerajaan Majapahit. Kerajaan ini berawal dari sebuah Kadipaten di bawah kekuasaan Kesultanan Pajang, yang berada di Bumi Mentaok yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan oleh Raja Pajang sebagai hadiah atas jasanya mengalahkan arya panangsang. Raja pertama yang memimpin adalah Sutawijaya ( ia mempunyai gelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama ), yang merupakan anak dari Ki Ageng Pemanahan.

Berdirinya Kerajaan Mataram islam

Kerajaan ini berawal dari sebuah Kadipaten di bawah kekuasaan Kerajaan Pajang, yang berada di Bumi Mentaok yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan oleh Raja Pajang Jaka Tingkir sebagai hadiah atas jasanya mengalahkan arya panangsang dari jipang. Ki Ageng Pemanahan sebagai bupati di Mataram ia mempunyai seorang anak yang bernama Sutawijaya. Sutawijaya sendiri merupakan yang membunuh arya panangsang sangat berbakat di bidang militer. Ia kemudian diangkat menjadi anak angkat Sultan Adiwijaya ( Jaka Tingkir ) dan ia dijadikan saudara dengan putra mahkota yaitu Pangeran Benawa. Pada tahun 1575 M, Ki Ageng Pemanahan wafat. Oleh Raja Pajang kemudian Sutawijaya di angkat sebagai Bupati Mataram menggantikan ayahnya. Dibawah kepemimpinannya mataram semakin pesat berkembang.

Di tahun 1582, Sultan Hadiwijaya atau Jaka tingkir Raja Pajang meninggal dunia. Arya Panggiri yang saat itu menjadi adipati di Demak merebut Pajang. Putra Sultan Hadiwijaya yang bernama Pangeran Benawa dapat ia singkirkan.  Kemudian Arya Panggiri naik takhta menjadi Raja Pajang untuk melanjutkan darah dari keturunan Demak. Dalam masa kepemimpinannya Arya Panggiri kurang disukai oleh rakyat Pajang. Melihat hal tersebut, pangeran Benawa berniat untuk merebut kembali kekuasaannya. Dengan bantuan dari bupati mataram yaitu Sutawijaya, Arya Panggiri bisa dikalahkan. Kemudian di tahun 1586 M, Pajang diambil alih oleh Sutawijaya karena tidak ada putra mahkota yang menggantikan kepemimpinan pangeran benawa dan pusat pemerintahan pajang kemudian di pindahkan ke Mataram. Pemindahan pusat pemerintahan dari pajang ke mataram sekaligus menandai berdirinya Kesultanan Mataram.



Kejayaan Kerajaan Mataram Islam

Mataram mencapai masa kejayaannya pada saat di pimpin oleh Mas Rangsang yang bergelar Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo tetapi ia lebih di kenal dengan Sultan Agung. Sultan agung di kenal mempunyai pribadi yang ulet, kuat dan berani, ia mempunyai cita-cita menyatukan pulau jawa di bawah kekuasaan mataram.  Pada tahun 1615 M sultan agung memulai ekspedisinya dengan menyerang para bupati didaerah pesisir utara yang tidak mau tunduk pada mataram. Seperti Bupati Pati, Bupati Lasem, Bupati Tuban, Bupati Madura. Kemudian ia juga berhasil menguasai wilayah surabaya, madiun, ponorogo, blora dan bojonegoro.

 Pada tahun 1625 hampir seluruh wilayah pulau jawa berada di bawah kekuasaan mataram kecuali banten, cirebon, blambangan, dan batavia. Sultan agung juga pernah berusaha merebjut banten dan batavia, karena saat itu banten dan batavia masih dalam kekuasaan VOC maka ia harus terlebih dahulu mengalahkan pasukan VOC. Serangan tersebut terjadi pada tahun 1628 dan 1629. Tetapi kedua serangan Sultan Agung tersebut mengalami kekalahan karena kapal-kapal pengangkut beras perbekalan ditenggelamkan oleh VOC dan gudang-gudang beras pasukan Mataram dibakar, selain itu pasukan mataram juga mengalami kelelahan karena melakukan perjalanan yang cukup jauh.

Sultan Agung wafat pada tahun 1645, ia kemudian digantikan oleh putranya Amangkurat 1. Pada masa pemerintahan sultan agung ia juga menciptakan sistem penanggalan jawa menggunakan sistem perhitungan yang sama dengan tahun hijriyah.

Terpecahnya Kerajaan Mataram Islam

Setelah sepeninggal sultan agung Mataram tidak mempunyai pemimpin secakap beliau sehingga terjadi berbagai kekacauan. Pengganti Sultan agung secara berturut-tururt adalah 
  • Amangkurat I
  • Amangkurat II
  • Amangkurat III (1703-1708)
  • Pakubuwana I (1704-1719)
  • Amangkurat IV (1719-1726)
  • Pakubuwana II (1726-1749)
 VOC tidak menyukai Amangkurat III karena menentang VOC sehingga VOC mengangkat Pakubuwana I (Puger) sebagai raja. Akibatnya Mataram memiliki dua raja dan ini menyebabkan perpecahan internal. Amangkurat III memberontak hingga tertangkap di Batavia lalu dibuang ke Ceylon ( sri lanka ).

Kekacauan politik baru dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III, setelah wilayah mataram di bagi menjadi dua. Pada tahun 1755 tanggal 13 februari wilayah mataram di bagi menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasuhunan Surakarta, pembagian wilayah ini tertuang dalam perjanjian Giyanti. Kemudian pada tahun 1757 dengan intervensi belanda dan berdasarkan perjanjian salatiga, kesultanan mataram dipecah lagi menjadi tiga bagian yaitu Kesultanan yogyakarta, Kasuhunan Surakarta dan Mangkunegaran. Dan di tahun 1813 Kesultanan yogyakarta di pecah lagi menjadi dua yaitu Kesultanan yogyakarta dan Pakualaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar